Desain Komunikasi Visual
Menurut Suyanto desain grafis didefinisikan sebagai ” aplikasi dari keterampilan seni dan komunikasi untuk kebutuhan bisnis dan industri“. Aplikasi-aplikasi ini dapat meliputi periklanan dan penjualan produk, menciptakan identitas visual untuk institusi, produk dan perusahaan, dan lingkungan grafis, desain informasi, dan secara visual menyempurnakan pesan dalam publikasi.
Menurut Michael Kroeger, Visual Communication (komunikasi visual) adalah
latihan teori dan konsep-konsep melalui terma-terma visual dengan
menggunakan warna, bentuk, garis dan penjajaran (juxtaposition).
Warren dalam Suyanto memaknai desain grafis sebagai suatu terjemahan
dari ide dan tempat ke dalam beberapa jenis urutan yang struktural dan
visual.
Menurut Danton Sihombing desain grafis mempekerjakan berbagai elemen
seperti marka, simbol, uraian verbal yang divisualisasikan lewat
tipografi dan gambar baik dengan teknik fotografi ataupun ilustrasi.
Elemen-elemen tersebut diterapkan dalam dua fungsi, sebagai perangkat
visual dan perangkat komunikasi.
Asal Kata Desain Komunikasi Visual
Jika kita memulai mendefinisikan Desain Komunikasi Visual ditinjau
dari asal kata (etimologi) istilah ini terdiri dari tiga kata, desain diambil
dari kata “designo” (Itali) yang artinya gambar. Sedang dalam bahasa
Inggris desain diambil dari bahasa Latin designare) yang artinya
merencanakan atau merancang. Dalam dunia seni rupa istilah desain
dipadukan dengan reka bentuk, reka rupa, rancangan atau sketsa ide.
Kemudian kata komunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator ( penyampai pesan ) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama” ( dalam Bahasa Inggris:common ). Kemudian komunikasi kemudian dianggap sebagai proses menciptakan suatau kesamaan ( commonness ) atau suatau kesatuan pemikiran antara pengirim ( komunikator ) dan penerima ( komunikan ).
Sementara kata visual bermakna segala sesuatu yang
dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata.
Berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian
dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual.
Jadi Desain Komunikasi Visual bisa dikatakan sebagai
seni menyampaikan pesan ( arts of commmunication ) dengan menggunakan
bahasa rupa ( visual language ) yang disampaikan melalui media berupa
desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah
perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan.
Sedang Bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol,
ilustrasi gambar/foto,tipografi/huruf dan sebagainya yang disusun
berdasarkan kaidah bahasa visual yang khas berdasar ilmu tata rupa.
Isi pesan diungkapkan secara kreatif dan komunikatif serta mengandung
solusi untuk permasalahan yang hendak disampaikan (baik sosial maupun
komersial ataupun berupa informasi, identifikasi maupun persuasi).
Elemen-Elemen Dalam Desain Komunikasi Visual
Untuk dapat berkomunikasi secara visual,
seorang desainer menggunakan elemen-elemen untuk menunjang desain
tersebut. Elemen-elemen yang sering digunakan dalam desain komunikasi
visual antara lain adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa digunakan sendiri-sendiri, bisa juga digabungkan.
Tidak banyak desainer komunikasi visual
yang sangat “fasih” di setiap bidang ini, tetapi kebanyakan mempunyai
kemampuan untuk bervisualisasi. Seorang desainer komunikasi visual harus
mengenal elemen-elemen ini. Jika ia tidak dapat mengambil sebuah foto
tentang kejadian tertentu, maka ia harus tahu fotografer mana yang
mampu, bagaimana mengemukakan keinginannya dan bagaimana memilih hasil
akhir yang baik untuk direproduksi. Ia juga harus dapat membeli dan
menggunakan ilustrasi secara efektif, dan seterusnya.
Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi
digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke
dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa visual ini adalah untuk
mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk media,
mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat kabar dan majalah. Karena itu pekerjaan seorang tipografer (penata huruf) tidak dapat lepas dari semua aspek kehidupan sehari-hari.
Menurut Nicholas Thirkell, seorang tipographer terkenal, pekerjaan dalam tipografi
dapat dibagi dalam dua bidang, tipografer dan desainer huruf (type
designer). Seorang tipografer berusaha untuk mengkomunikasikan ide dan
emosi dengan menggunakan bentuk huruf yang telah ada, contohnya
penggunaan bentuk Script untuk mengesankan keanggunan, keluwesan,
feminitas, dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer harus mengerti
bagaimana orang berpikir dan bereaksi terhadap suatu image yang
diungkapkan oleh huruf-huruf. Pekerjaan seorang tipografer memerlukan
sensitivitas dan kemampuan untuk memperhatikan detil. Sedangkan seorang
desainer huruf lebih memfokuskan untuk mendesain bentuk huruf yang baru.
Saat ini, banyak diantara kita yang
telah terbiasa untuk melakukan visualisasi serta membaca dan mengartikan
suatu gambar atau image. Disinilah salah satu tugas seorang tipografer
untuk mengetahui dan memahami jenis huruf tertentu yang dapat memperoleh
reaksi dan emosi yang diharapkan dari pengamat yang dituju.
Dewasa ini, selain banyaknya digunakan ilustrasi dan fotografi,
tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam Desain Komunikasi
Visual. Kurangnya perhatian pada pengaruh dan pentingnya elemen
tipografi dalam suatu desain akan mengacaukan desain dan fungsi desain
itu sendiri. Contohnya bila kita melihat brosur sebuah tempat
peristirahatan (resor), tentunya kita akan melihat banyak foto yang
menarik tentang tempat dan fasilitas dari tempat tersebut yang membuat
kita tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut untuk bersantai. Tetapi
bila dalam brosur tersebut digunakan jenis huruf yang serius atau resmi
(contohnya jenis huruf Times), maka kesan santai, relax dan nyaman tidak
akan ‘terbaca’ dalam brosur tersebut.
Simbol telah ada sejak adanya manusia,
lebih dari 30.000 tahun yang lalu, saat manusia prasejarah membuat
tanda-tanda pada batu dan gambar-gambar pada dinding gua di Altamira,
Spanyol. Manusia pada jaman ini menggunakan simbol untuk mencatat apa
yang mereka lihat dan kejadian yang mereka alami sehari-hari.
Dewasa ini peranan simbol sangatlah
penting dan keberadaannya sangat tak terbatas dalam kehidupan kita
sehari-hari. Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai simbol-simbol
yang mengkomunikasikan pesan tanpa penggunaan kata-kata. Tempat-tempat
umum seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran, rumah sakit dan bandar
udara; semuanya menggunakan simbol yang komunikatif dengan orang
banyak, walaupun mereka tidak berbicara atau menggunakan bahasa yang
sama.
Simbol sangat efektif digunakan sebagai
sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan,
contohnya sebagai komponen dari signing systems sebuah pusat
perbelanjaan. Untuk menginformasikan letak toilet, telepon umum,
restoran, pintu masuk dan keluar, dan lain-lain digunakan simbol.
Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah logo. Logo adalah identifikasi dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo
mempunyai banyak persyaratan dan harus dapat mencerminkan perusahaan
itu. Seorang desainer harus mengerti tentang perusahaan itu, tujuan dan
objektifnya, jenis perusahaan dan image yang hendak ditampilkan dari
perusahaan itu. Selain itu logo harus bersifat unik, mudah diingat dan
dimengerti oleh pengamat yang dituju.
c. Desain dan Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni
yang berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari
kamera atau fotografi (nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan
kata lain, ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar yang
dihasilkan secara manual.
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi
menjadi tren dalam Desain Komunikasi Visual. Banyak orang yang akhirnya
menyadari bahwa ilustrasi dapat juga menjadi elemen yang sangat kreatif
dan fleksibel, dalam arti ilustrasi dapat menjelaskan beberapa subjek
yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi, contohnya untuk untuk
menjelaskan informasi detil seperti cara kerja fotosintesis.
Seorang ilustrator seringkali mengalami
kesulitan dalam usahanya untuk mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan
ilustrasi, tetapi jika ia berhasil, maka dampak yang ditimbulkan
umumnya sangat besar. Karena itu suatu ilustrasi harus dapat menimbulkan
respon atau emosi yang diharapkan dari pengamat yang dituju. Ilustrasi
umumnya lebih membawa emosi dan dapat bercerita banyak dibandingkan
dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat ilustrasi yang lebih hidup,
sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk “merekam” momen sesaat.
Saat ini ilustrasi lebih banyak
digunakan dalam cerita anak-anak, yang biasanya bersifat imajinatif.
Contohnya ilustrasi yang harus menggambarkan seekor anjing yang sedang
berbicara atau anak burung yang sedang menangis karena kehilangan
induknya atau beberapa ekor kelinci yang sedang bermain-main.
Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat merangsang imajinasi
anak-anak yang melihat buku tersebut, karena umumnya mereka belum dapat
membaca.
d. Desain dan Fotografi
Ada dua bidang utama di mana seorang
desainer banyak menggunakan elemen fotografi, yaitu penerbitan
(publishing) dan periklanan (advertising). Beberapa tugas dan kemampuan
yang diperlukan dalam kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret
Donegan dari majalah GQ, dalam penerbitan (dalam hal ini majalah) lebih
diutamakan kemampuan untuk bercerita dengan baik dan kontak
dengan pembaca; sedangkan dalam periklanan (juga dalam majalah) lebih
diutamakan kemampuan untuk menjual produk yang diiklankan tersebut.
Kriteria seorang fotografer yang
dibutuhkan oleh sebuah penerbitan juga berbeda dengan periklanan. Dalam
penerbitan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka yang benar-benar
kreatif dalam “bercerita”, karena foto-foto yang mereka ambil
haruslah dapat “bercerita” dan menunjang berita yang diterbitkan.
Sedangkan dalam periklanan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka
yang kreatif dan jeli, serta mempunyai keahlian untuk bervisualisasi.
Contohnya, jika sebuah penerbit hendak menerbitkan berita tentang
perampokan, maka fotografer harus berusaha untuk mengambil foto-foto
yang dapat menunjang berita tersebut, misalnya suasana di sekitar tempat
kejadian, korban, saksi mata dan lain-lain. Jika sebuah perusahaan
periklanan hendak mempromosikan suatu parfum wanita yang berkesan anggun
dan lembut, maka fotografer harus dapat mengambil foto-foto yang
menonjolkan keanggunan dan kelembutan dari parfum tersebut, misalnya
dengan latar belakang kain sutra dengan warna-warna pastel yang berkesan lembut.
Fotografi sering dipakai selain karena
permintaan klien, juga karena lebih “representatif”. Contohnya jika
sebuah majalah yang memuat tentang wawancara dengan seorang bintang
sinetron yang sedang naik daun, maka akan digunakan foto dari bintang
itu untuk menunjang desain di samping isi berita itu sendiri. Contoh
lain, untuk menggambarkan sebuah tempat berlibur dalam sebuah brosur
biro perjalanan, jika menggunakan ilustrasi hasilnya tidak akan
semenarik dibandingkan dengan foto.
Fotografi sangat efektif untuk
mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk. Sebuah foto
mempunyai kekuasaan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala jauh
dari keadaan yang sesungguhnya. Selain itu sebuah foto juga harus dapat
memberikan kejutan dan keinginan untuk bereksperimen, misalnya dalam hal
mencoba resep masakan yang baru atau tren berpakaian terbaru.
Selain elemen-elemen ini, seorang
desainer perlu mengerti tentang konsep dasar pemasaran dan hubungannya
dengan visualisasi. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja
dengan rapi dan tepat. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk
bersosialisasi (people skills) untuk menghadapi klien, supplier, sub
kontraktor, percetakan dan lain-lain.
SUMBER:
0 comments:
Post a Comment